Social Icons

Pages

4 Januari 2013

CAHAYA ITU BERNAMA MUSH’AB BIN UMAIR


“Anakku… Kau lahir dari rahimku, namun jika kau tak mau menuruti permintaanku, pergilah  dan jangan pernah temui aku lagi!!!” Teriak Sang Ibu dengan penuh amarah bercampur kesedihan.  Namun pemuda gagah itu tetap teguh pada pendiriannya untuk hijrah bersama kekasihnya tercinta, Rasulullah Saw. Meskipun ia harus meninggalkan kesenangan dan segala kasih sayang yang ia  peroleh dari kedua orang tuanya, namun hal itu tidak mampu mengurungkan niatnya untuk meraih syurga yang dapat menggantikan kesenangan apapun di dunia. Ialah Mush’ab Bin Umair, yang kecintaannya kepada Allah dan Rasulullah mampu melebihi kecintaannya kepada apapun.
            Berawal ketika khabar sang mentari dunia tersebar luas di kota Mekah membawa agama Ibrahim yang murni. Mush’ab yang cerdas tak mau tinggal diam mendengar berita  ini, ia segera bangkit dari peristirahatan mewah yang disediakan orang tuanya dan mencari kebenaran rumor yang menyebar dikalangan penduduk Quraisy. Diantara berita yang didengarnya ialah bahwa Rasulullah beserta para sahabat biasa mengadakan pertemuan di bukit Shafa, tepatnya dirumah Arqam Bin Abil Arqam.
Kerinduannya semakin menggebu, tekadnya untuk menemui kekasih Allah itu semakin kuat meskipun ia belum mengenal sosok mulia yang dirindunya. Bergegas ia mendatangi tempat yang diberkahi Allah itu dengan semangat yang membara. Tibalah ia dan duduk berdampingan dengan Ahlul Jannah yang telah menyerahkan jiwa dan raga nya hanya untuk Allah. Lantunan ayat Al-qur’an perlahan menyentuh Qalbunya, senyum bahagia tergambar di raut wajah yang tampan itu. Rasulullah perlahan mengurut dadanya, hingga ia hanya merasa damai, tenang dan haru. Kini, Mush’ab Bin Umair menjadi salah satu prajurit Allah yang akan membela Agama Allah hingga tetes darah penghabisan.
Ditengah damainya hati Mush’ab tersentuh Islam, Khunas Binti Malik, Ibunda Mush’ab  murka ketika mendengar kabar dari Usman Bin Thalhah bahwa putra kesayangannya itu telah berpindah agama dan tidak menyembah berhala lagi. Hatinya hancur berkeping-keping. Bergegas ia menemui putra kesayangannya yang kini menyakiti hatinya. Ditanyakan kepada Mush’ab tentang berita keislamannya, dan mush’ab mengangguk mengiyakan. Berdirilah Mush’ab dihadapan ibunya dan membacakan Ayat Al-qur’an yang telah diajarkan Rasulullah kepadanya. Sontak amarah sang Ibu membuncah, tamparan keras dilayangkan kepada putra yang dimanjanya sedari kecil itu. Namun, tangan wanita itu terkulai lemas tak sanggup menampar buah hatinya. “Mush’ab anakku…” pekiknya tak bersuara. Amarahnya tak mampu melunturkan rasa keibuannya. Meskipun demikian, keimanan Khunnas kepada berhala-berhala itu tak sedikitpun goyah. Mush’ab dibawa ke sebuah ruangan terpencil di rumahnya dan dipenjarakan dalam beberapa waktu.
Dalam tekanan yang dahsyat dari ibunya, Mush’ab tetap tabah dan berusaha mencari informasi mengenai Rasulullah. Akhirnya ia ketahui bahwa Rasulullah dan para sahabat hendak berhijrah ke Habsyi untuk menghindari siksaan dari kaum kafir quraisy. Ia pun berusaha sekuat tenaga agar dapat turut serta dalam barisan mu’minin itu. Segala cara ia lakukan hingga akhirnya dapat meloloskan diri dari hukuman yang sedang ia jalani. Dan iapun ikut hijrah ke Habsyi bersama Rasulullah dan tinggal disana bersama kaum Muhajirin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Instrumen

LEAF

,
 
Blogger Templates