Social Icons

Pages

31 Oktober 2014

Sebuah Curahan Hati



Usai menyelesaikan studi S1, aku berencana hidup mandiri. Aku ingin menjadi diriku sendiri dan menunjukkan pada dunia, Haa Ana Dza. . . Inilah aku, inilah diriku. . .

Berbagai tempat siap menerimaku bekerja sesuai bidangku. Aku lebih menginginkan merantau ketimbang kembali ke tempat kelahiranku, aku ingin hidup mandiri tanpa dibayang-bayangi gelar dan pangkat orang tuaku. Aku tidak ingin dipandang mulia karena orang-orang melihat siapa orang tuaku, aku ingin menjadi diriku sendiri, bagaimanapun keadaanku.

Idealisme itu perlahan luntur tatkala kedua orang tuaku menginginkan aku kembali. Hatiku berteriak,,, aku tak ingin pulang, aku ingin tetap tinggal di kota ini, aku tak ingin meninggalkan cahaya yang baru kutemukan dalam hidupku. Kota ini menjadi cahaya, cahaya yang telah mengenalkanku dengan Rabbku, yang telah mengajarkanku makna dari setiap hela nafas yang berhembus.

Aku menemukan kebahagiaan disini, aku menemukan harapan bahwa aku dapat menjadi hamba lebih yang taat dan bermanfaat. Isak tangis tak dapat kubendung ketika aku harus berkemas-kemas dan mengangkat kaki dari tempat ini.

Sore itu, alam mulai memerah ketika aku dan motor kesayanganku kembali pulang dengan membawa barang-barang yang masih tersisa di kossan. Air mata kembali menetes dalam perjalanan, entahlah,,, mengapa begitu sakit yang kurasakan. . .

Orang tuaku begitu menginginkan aku menjadi seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS), padahal aku sendiri tidak menginginkan itu. Aku yakin bahwa Allah yang akan selalu memberi rizki, tanpa harus menjadi seorang PNS pun, akan ada Allah yang menjamin rizki setiap hamba. Akan ada Allah yang memberi berbagai tunjangan untuk memenuhi kebutuhan. . .
Aku merasa, hari-hariku kedepan akan suram. . .

BERSAMBUNG

Sebuah Renungan

Bagaimana kabar iman hari ini?
bagaimana dengan hati?
semoga Allah berikan ketetapan pada hati ini
untuk terus menyusuri jalan dakwah ini
walau terkadang
fitnahan,
hujatan,
cacian,
dan makian
seringkali mewarnai
perjalanan panjang ini
dan
raga, jiwa, harta, dan air mata
telah kita persembahkan
di jalan ini
hinga terkadang lelah

dan jenuh
menghampiri setiap perjuangan
mengarungi jalan ini..




Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” (Q.S 9 : 111)

saudaraku..
mari tanyakan pada hati kita
pastaskah kita mengeluh
dalam mengarungi jalan ini
karena hakikatnya
komitmen adalah totalitas dari perjuangan

dakhwah ini
ada atau tidaknya kita disana
dakwah akan tetap diperjuangkan
namun
apakah surga-Nya tidak menggiurkan untukmu?

17 April 2014

Contoh Karangan Narasi



                                                         CERITA KESEHARIANKU

        Hai, teman-teman! Namaku Aziz, aku adalah anak ke-4 dari 5 bersaudara. Ayahku bekerja sebagai petani dan Ibuku bekerja sebagai ibu rumah tangga. Aku tinggal disebuah desa yang dekat dengan sungai Ciherang, meskipun seringkali banjir setiap musim penghujan, namun aku dan keluargaku tidak ingin pindah dari desa ini, karena disinilah tempatku dan keluargaku dibesarkan.
Setiap hari, aku dibangunkan Ibu pada pukul 04.30. Kata Ibu, aku harus bangun lebih awal sebelum adzan subuh berkumandang, agar aku dapat bersiap-siap untuk sholat subuh berjamaah di masjid. Ayah selalu mengajakku shoat subuh sembari belajar membaca Al-quran bersama teman-teman setelah sholat subuh. Meskipun Ayah sangat sederhana, namun kehebatannya dalam membaca Alquran membuat aku selalu bangga.
Setelah sholat subuh dan belajar membaca Al-quran, sekitar pukul 06.00 aku kembali ke rumah untuk bersiap-siap berangkat ke sekolah. Akupun mandi dan membantu Ibu mengerjakan berbagai pekerjaan rumah. Setelah semuanya rapi, pukul 06.30 aku berangkat ke sekolah diantar ayah menggunakan sepeda tua kebanggaannya. Disepanjang jalan, ayah selalu bercerita tentang masa kecilnya dulu. Jarak yang jauhpun terasa dekat karena cerita ayah selalu seru dan tak membosankan.
Pukul 07.00 aku tiba disekolah dan berpamitan dengan Ayah, Ayahpun kembali mengayuh sepedanya untuk pergi ke sawah. Aku duduk dikelas lima, guru dan teman-temanku sangat ramah. Alhamdulillah, meskipun serba kekurangan, aku berhasil meraih peringkat pertama sejak kelas 1 SD. Kata ibu, semangat belajar lebih mahal harganya daripada benda apapun. Aku selalu belajar dengan rajin dan sungguh-sungguh karena dukungan dari ayah dan ibu.
Sepulang sekolah, biasanya aku sholat dzuhur dan makan siang, kemudian pergi ke sawah untuk mengantarkan makanan kepada ayah. Di gubuk sawah, aku mengerjakan PR yang diberikan ibu guru disekolah, aku tidak mauu menunda-nunda PR, soalnya kalau ditunda, malah jadi lupa. Sekitar jam 17.00, aku dan Ayah pulang kerumah untuk melepas lelah. Ibupun telah menyediakan makanan yang enak-enak untuk kami.
Setelah sholat magrib, aku membaca Alquran sampai adzan isya berkumandang, kemudian aku membaca pelajaran yang akan dipelajari besok. Hmmm... inilah cerita harianku, bagaimana denganmu?

Contoh karangan narasi,,, (mereun) :D

13 April 2014

Bravo PKS!

Saya bukan kader PKS, bahkan bukan pengurus PKS di tingkat manapun. Tapi saya akui simpati kepada perjuangan PKS. Berapa banyak anak muda di social media yang berkata hal yang sama dengan saya, puluhan? ratusan? jutaan?. Tengoklah dengan kejujuran, berapa banyak wall (dinding) para anak muda di social media yang di hiasi dengan hal berbau PKS, baik itu di facebook maupun di twitterland. Apakah mereka lakukan itu karena ada yang meminta? apa karena ada yang memerintah?
Nama yang mereka buat di dalam akun socmed; adalah memakai nama asli bukan nama bohongan alias bukan seperti nama akun anonim bayaran yang hama demokrasi, mereka memang 'diperintahkan' hati mereka untuk PKS. Hati mereka lah yang telah memilih PKS dan itu tiada ada orang atau pihak yang meminta atau mentintahkan. Jika hati yang berbicara; maka militansi adalah hal yang pasti ada tanpa dibayar dan tanpa di perintah.
Mereka para hati serta jantung PKS; bersedia siap siaga, siang dan malam dalam menjaga dan mengawal surat suara yang diperoleh PKS di TPS TPS sampai ke KPU pusat. Ini sama persis ketika mereka tanpa di bayar dan diperintah; melakukan advokasi serta direct selling terhadap PKS di social media. Generasi macam apakah itu?
Ketika demokrasi memberi tontonan ketidakdewasaan lewat berbagai kecurangan pemilu serta praktek politik uang, fenomena anak muda simpatisan PKS bisa dijadikan sebuah patron pendidikan politik yang baik dan benar. Bersama, bersatu dalam jamaah untuk sebuah nama; PKS. Ini urusan hati, panggilan hati menyebabkan mereka ikhlas melakukan apapun juga untuk PKS, karena mereka percaya masih memiliki harapan atas nasib bangsa ke depan, toh; yang mereka bela bukan partai paling korup di indonesia, toh; yang mereka perjuangkan bukan partai yang mengkhianati rakyatnya. Bagi mereka; PKS adalah solusi kebangsaan.
Saya menganggap apa yang mereka perbuat dan lakukan adalah hal yang wajar dalam sebuah pilihan kehidupan, memilih sesuatu dengan logika mana, pilihan terbaik buat bangsa. Yang justru ironis adalah adanya pihak yang tidak suka dengan kebersamaan dan kesolidan mereka terhadap PKS. Ironis; karena terkadang memakai logika berpikir negatif; dengan membawa kalimat kasar dan nama binatang, bukankah itu justru semakin memberi tanda yang jelas sebagai pemisah? yang satu adalah kubu memperjuangkan hati nuraninya atas pilihan kepada PKS dan pantas lalu mereka bersama dan mensolidkan barisan, sedangkan kubu yang lain adalah kubu yang benci dan dengki atas kebersamaan dan kesolidan para anak muda itu kepada PKS.
Harusnya publik bisa melihat dengan jelas; kubu mana yang benar dan kubu yang mana yang selalu termotivasi untuk menghancurkan. Bravo PKS!
"membangun barisan kuat itu kunci nya terletak pada hati, dan hati lah yang memanggil dan menyatukan pemikiran dan gemgaman tangan mereka menjadi satu dalam barisan yang kuat dan kokoh; saling melengkapi satu sama lain dan tidak mudah terpisahkan"
-bang dw-
 

Instrumen

LEAF

,
 
Blogger Templates