Ada rasa lelah, jenuh, bahkan ingin menangis ketika beban amanah tak sebanding dengan kapasitas diri. Lelah itu bertambah ketika hanya segelintir orang yang rela bertadhiyah secara totalitas.
Kembali teringat, bahwa sejarah menunjukkan, jumlah kader inti perjuangan da’wah selalu sedikit. Namun itulah sesungguhnya rahasia kekuatan mereka. Seperti terlihat dalam peperangan yang dilakukan Rasulullah:
Kembali teringat, bahwa sejarah menunjukkan, jumlah kader inti perjuangan da’wah selalu sedikit. Namun itulah sesungguhnya rahasia kekuatan mereka. Seperti terlihat dalam peperangan yang dilakukan Rasulullah:
Perang
Badar
Inilah perang pertama yang dilakukan kaum muslimin. Sekaligus peristiwa paling penting bagi sejarah perkembangan da’wah Islam. Meski dengan kekuatan yang jauh lebih kecil dibanding kekuatan musuh, dengan pertolongan Allah, kaum muslimin berhasil menang menaklukkan pasukan kafir.
Inilah perang pertama yang dilakukan kaum muslimin. Sekaligus peristiwa paling penting bagi sejarah perkembangan da’wah Islam. Meski dengan kekuatan yang jauh lebih kecil dibanding kekuatan musuh, dengan pertolongan Allah, kaum muslimin berhasil menang menaklukkan pasukan kafir.
Rasulullah
SAW berangkat bersama tigaratusan orang sahabat dalam perang Badar. Ada yang
mengatakan mereka berjumlah 313, 314, dan 31 7 orang. Mereka kira-kira terdiri
dari 82 atau 86 Muhajirin serta 61 kabilah Aus dan 170 kabilah Khazraj. Kaum
muslimin memang tidak berkumpul dalam jumlah besar dan tidak melakukan
persiapan sempurna. mereka hanya memiliki dua ekor kuda, milik Zubair bin Awwam
dan Miqdad bin Aswad al-Kindi. Di samping itu mereka hanya membawa tujuh puluh
onta yang dikendarai secara bergantian, setiap onta untuk dua atau tiga orang.
Rasulullah saw sendiri bergantian mengendarai onta dengan Ali dan Murtsid bin
Abi Murtsid Al-Ghanawi.
Sementara
jumlah pasukan kafir Quraisy sepuluh kali lipat. Tak kurang seribu tiga ratusan
prajurit. Dengan seratus kuda dan enam ratus perisai, serta onta yang jumlahnya
tak diketahui secara pasti, dan dipimpin langsung oleh Abu Jahal bin Hisyam.
Sedangkan pendanaan perang ditanggung langsung oleh sembilan pemimpin Quraisy.
Setiap hari, mereka menyembelih sekitar sembilan atau sepuluh ekor unta.
Perang
Uhud
Kekalahan di Badar menanamkan dendam mendalam di hati kaum kafir Quraisy. Mereka pun keluar ke bukit Uhud hendak menyerbu kaum Muslimin. Pasukan Islam berangkat dengan kekuatan sekitar seribu orang prajurit, seratus diantaranya menggunakan baju besi, dan lima puluh lainnya menunggang kuda.
Kekalahan di Badar menanamkan dendam mendalam di hati kaum kafir Quraisy. Mereka pun keluar ke bukit Uhud hendak menyerbu kaum Muslimin. Pasukan Islam berangkat dengan kekuatan sekitar seribu orang prajurit, seratus diantaranya menggunakan baju besi, dan lima puluh lainnya menunggang kuda.
Di
sebuah tempat bernama asy-Syauth, kaum muslimin melakukan shalat subuh. Tempat
ini sangat dekat dengan musuh sehingga mereka bisa dengan mudah saling melihat.
Ternyata pasukan musuh berjumlah sangat banyak. Mereka berkekuatan tiga ribu
tentara, terdiri dari orang-orang Quraisy dan sekutunya. Mereka juga memiliki
tiga ribu onta, dua ratus ekor kuda dan tujuh ratus buah baju besi.
Pada
kondisi sulit itu, Abdullah bin Ubay, sang munafiq, berkhianat dengan membujuk
kaum muslimin untuk kembali ke Madinah. Sepertiga pasukan, atau sekitar tiga
ratus prajurit akhirnya mundur. Abdullah bin Ubay mengatakan, “Kami tidak tahu,
mengapa kami membunuh diri kami sendiri?"
Setelah
kemunduran tiga ratus prajurit tersebut, Rasulullah melakukan konsolidasi
dengan sisa pasukan yang jumlahnya sekitar tujuh ratus prrajurit untuk
melanjutkan perang. Allah memberi mereka kemenangan, meski awalnya sempat
kocar-kacir.
Perang
Mu’tah
Perang Mu’tah merupakan pendahuluan dan jalan pembuka untuk menaklukkan negeri-negeri Nasrani. Pemicu perang Mu’tah adalah pembunuhan utusan Rasulullah bernama al-Harits bin Umair yang diperintahkan menyampaikan surat kepada pemimpin Bashra. Al-Harits dicegat oleh Syurahbil bin Amr, seorang gubernur wilayah Balqa di Syam, ditangkap dan dipenggal lehemya. Untuk perang ini, Rasulullah mempersiapkan pasukan berkekuatan tiga ribu prajurit. Inilah pasukan Islam terbesar pada waktu itu.
Perang Mu’tah merupakan pendahuluan dan jalan pembuka untuk menaklukkan negeri-negeri Nasrani. Pemicu perang Mu’tah adalah pembunuhan utusan Rasulullah bernama al-Harits bin Umair yang diperintahkan menyampaikan surat kepada pemimpin Bashra. Al-Harits dicegat oleh Syurahbil bin Amr, seorang gubernur wilayah Balqa di Syam, ditangkap dan dipenggal lehemya. Untuk perang ini, Rasulullah mempersiapkan pasukan berkekuatan tiga ribu prajurit. Inilah pasukan Islam terbesar pada waktu itu.
Mereka
bergerak ke arah utara dan beristirahat di Mu’an. Saat itulah mereka memperoleh
informasi bahwa Heraklius telah berada di salah satu bagian wilayah Balqa
dengan kekuatan sekitar seratus ribu prajurit Romawi. Mereka bahkan mendapat
bantuan dari pasukan Lakhm, Judzam, Balqin dan Bahra kurang lebih seratus ribu
prajurit. Jadi total kekuatan mereka adalah dua ratus ribu prajurit.
Perang
Ahzab
Dua puluh pimpinan Yahudi bani Nadhir datang ke Makkah untuk melakukan provokasi agar kaum kafir mau bersatu untuk menumpas kaum muslimin. Pimpinan Yahudi bani Nadhir juga mendatangi Bani Ghathafan dan mengajak mereka untuk melakukan apa yang mereka serukan pada orang Quraisy. Selanjutnya mereka mendatangi kabilah-kabilah Arab di sekitar Makkah untuk melakukan hal yang sama. Semua kelompok itu akhirnya sepakat untuk bergabung dan menghabisi kaum muslimin di Madinah sampai ke akar-akarnya. Jumlah keseluruhan pasukan Ahzab (sekutu) adalah sekitar sepuluh ribu prajurit. Jumlah itu disebutkan dalam kitab sirah adalah lebih banyak ketimbang jumlah orang-orang yang tinggal di Madinah secara keseluruhan, termasuk wanita, anak-anak, pemuda dan orang tua. Menghadapi kekuatan yang sangat besar ini, atas ide Salman al-Farisi, kaum muslimin menggunakan strategi penggalian parit untuk menghalangi sampainya pasukan musuh ke wilayah Madinah.
Dua puluh pimpinan Yahudi bani Nadhir datang ke Makkah untuk melakukan provokasi agar kaum kafir mau bersatu untuk menumpas kaum muslimin. Pimpinan Yahudi bani Nadhir juga mendatangi Bani Ghathafan dan mengajak mereka untuk melakukan apa yang mereka serukan pada orang Quraisy. Selanjutnya mereka mendatangi kabilah-kabilah Arab di sekitar Makkah untuk melakukan hal yang sama. Semua kelompok itu akhirnya sepakat untuk bergabung dan menghabisi kaum muslimin di Madinah sampai ke akar-akarnya. Jumlah keseluruhan pasukan Ahzab (sekutu) adalah sekitar sepuluh ribu prajurit. Jumlah itu disebutkan dalam kitab sirah adalah lebih banyak ketimbang jumlah orang-orang yang tinggal di Madinah secara keseluruhan, termasuk wanita, anak-anak, pemuda dan orang tua. Menghadapi kekuatan yang sangat besar ini, atas ide Salman al-Farisi, kaum muslimin menggunakan strategi penggalian parit untuk menghalangi sampainya pasukan musuh ke wilayah Madinah.
Perang
Tabuk
Romawi memiliki kekuatan militer paling besar pada saat itu. Perang Tabuk merupakan kelanjutan dari perang Mu’tah. Kaum muslimin mendengar persiapan besar-besaran yang dilakukan oleh pasukan Romawi dan raja Ghassan. Informasi tentang jumlah pasukan yang dihimpun adalah sekitar empat puluh ribu personil. Keadaan semakin kritis, karena suasana kemarau. Kaum muslimin tengah berada di tengah kesulitan dan kekurangan pangan.
Romawi memiliki kekuatan militer paling besar pada saat itu. Perang Tabuk merupakan kelanjutan dari perang Mu’tah. Kaum muslimin mendengar persiapan besar-besaran yang dilakukan oleh pasukan Romawi dan raja Ghassan. Informasi tentang jumlah pasukan yang dihimpun adalah sekitar empat puluh ribu personil. Keadaan semakin kritis, karena suasana kemarau. Kaum muslimin tengah berada di tengah kesulitan dan kekurangan pangan.
Mendengar
persiapan besar pasukan Romawi, kaum muslimin berlomba melakukan persiapan
perang. Para tokoh sahabat memberi infaq fi sabilillah dalam suasana yang sangat
mengagumkan. Utsman menyedekahkan dua ratus onta lengkap dengan pelana dan
barang-barang yang diangkutnya. Kemudian ia menambahkan lagi sekitar seratus
onta lengkap dengan pelana dan perlengkapannya. Lalu ia datang lagi dengan
membawa seribu dinar diletakkan di pangkuan Rasulullah saw. Utsman terus
bersedekah hingga jumlahnya mencapai sembilan ratus onta seratus kuda, dan uang
dalam jumlah besar. Abdurrahman bin Auf membawa dua ratus uqiyah perak. Abu
bakar membawa seluruh hartanya dan tidak menyisakan untuk keluarganya kecuali
Allah dan Rasul-Nya. Umar datang menyerahkan setengah hartanya. Abbas datang
menyerahkan harta yang cukup banyak. Thalhah, Sa’d bin Ubadah, dan Muhammad bin
Maslamah, semuanya datang memberikan sedekahnya. Ashim bin Adi datang dengan
menyerahkan sembilan puluh wasaq kurma dan diikuti oleh para sahabat yang lain.
Jumlah
pasukan Islam yang terkumpul sebenarnya cukup besar, tiga puluh ribu personil.
Tapi mereka minim perlengkapan perang. Bekal makanan dan kendaraan yang ada
masih sangat sedikit dibanding dengan jumlah pasukan. Setiap delapan belas
orang mendapat jatah satu onta yang mereka kendarai secara bergantian.
Berulangkali mereka memakan dedaunan sehingga bibir mereka rusak. Mereka
terpaksa menyembelih unta, meski jumlahnya sedikit, agar dapat meminum air yang
terdapat dalam kantong air onta tersebut. Oleh karena itu, pasukan ini
dinamakan jaisyul usrrah, atau pasukan yang berada dalam kesulitan.
Kisah-kisah
di atas, adalah kisah tentang kiprah kader-kader inti perjuangan Islam. Bersama
(pertolongan) Allah mereka mengukir prestasi gemilang yang selalu dikenang
sepanjang masa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar