
Meskipun aku terkesan anak yang tidak
diharapkan, namun abah tetap mempersiapkan nama untukku. "Ibnu Yazid
Al-umami" nama yang terdengar sangat gagah jika dijadikan nama untuk anak
laki-laki dambaan abah. Namun, aku terlahir dengan jenis kelamin perempuan,
sehingga nama yang sudah direncanakanpun Abah urungkan.
Usiaku dan kakak keduaku sangat dekat,
tak heran kerap kali orang bilang aku dan Teh Ade -begitu aku memanggilnya- adalah
anak kembar karena wajah kami yang memang sedikit mirip dan baju yang kami
kenakan selalu sama. Semua yang teteh miliki akupun harus memilikinya, fikirku
saat itu. Egois mungkin, namun entahlah, akupun belum dapat mengerti makna
berbagi.
Sejak kecil, Teh Ade selalu mengalah
untukku. Mulai dari ASI, kasih sayang Ibu, dan semua yang seharusnya menjadi
haknya rela ia berikan untukku. Hingga saat ini Teh Ade masih sering mengalah
untukku, mulai dari pakaian, jilbab, sepatu, atau apapun barang miliknya yang
kerap kali aku inginkan. Namun ia tak pernah marah, dengan ikhlas ia
memberikannya untukku. Sungguh, Teh Ade adalah Akhwat berhati lembut yang tak
mudah ditemui saat ini.

Abah dan Ibu mengajariku membaca
Al-qur'an, mengeja alif ba ta sejak aku berusia 4 tahun. Beliau sungguh sangat
perhatian perihal agama, aku dan kedua kakakku pun mulai belajar berjilbab
ketika usia kelas 1 SD. Seringkali aku dibilang botak oleh teman-teman karena
hanya aku yang berjilbab dikelas. Namun ibu selalu mengusap lembut kepalaku
saat aku menangis seraya berkata "Wanita itu cantik, karena Allah sayang
pada kita, makanya Allah mewajibkan kita memakai jilbab, agar kecantikan kita
tetap terjaga". Air mata pun terseka.
Tak banyak yang kuingat tentang masa
kecilku, hanya seonggok kenangan manis bersama keluarga dan teman-teman kecil
tercinta. Abah Ibu selalu menuruti semua yang aku minta, tapi selalu ada
syaratnya. Seperti, harus shalat subuh ketika aku mengajukan proposal ingin tas
baru (karena aku susah bangun subuh kali ya. He...) atau harus mandi sore
terlebih dahulu kalau aku ingin dibelikan ice cream (He... ini juga karena aku
malas mandi sore. Sssttt... jangan kasih tau siapa-siapa ya!

Abahku sang penghapus
air mataku... I love U Abah... ^_^
Abah sosok yang selalu mengajarkan
tegar, Abah tak mau melihatku menangis apalagi sampai pundung tak karuan.
Beliau selalu mengajarkanku untuk menjadi akhwat tangguh yang tak gampang
menangis dan putus asa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar