Usai
menyelesaikan studi S1, aku berencana hidup mandiri. Aku ingin menjadi diriku sendiri dan
menunjukkan pada dunia, Haa Ana Dza. . . Inilah aku,
inilah diriku. . .
Berbagai tempat
siap menerimaku bekerja sesuai bidangku. Aku lebih menginginkan
merantau ketimbang kembali ke tempat
kelahiranku, aku ingin hidup mandiri tanpa dibayang-bayangi gelar dan pangkat
orang tuaku. Aku tidak ingin dipandang mulia karena orang-orang melihat siapa orang
tuaku, aku ingin menjadi diriku sendiri, bagaimanapun keadaanku.
Idealisme itu perlahan
luntur tatkala kedua orang tuaku menginginkan aku kembali. Hatiku berteriak,,, aku tak ingin pulang, aku ingin tetap tinggal di kota ini, aku tak
ingin meninggalkan cahaya yang baru kutemukan dalam hidupku. Kota ini menjadi cahaya, cahaya yang telah
mengenalkanku dengan Rabbku, yang telah mengajarkanku makna dari setiap hela nafas yang berhembus.
Aku menemukan
kebahagiaan disini, aku menemukan harapan bahwa aku dapat menjadi hamba lebih yang
taat dan bermanfaat. Isak tangis tak dapat kubendung ketika aku harus berkemas-kemas dan
mengangkat kaki dari tempat ini.
Sore itu, alam
mulai memerah ketika aku dan motor kesayanganku kembali pulang dengan membawa
barang-barang yang masih tersisa di kossan. Air mata kembali menetes
dalam perjalanan, entahlah,,, mengapa begitu sakit yang
kurasakan. . .
Orang tuaku begitu
menginginkan aku menjadi seorang Pegawai Negeri
Sipil (PNS), padahal aku sendiri tidak menginginkan itu. Aku yakin bahwa Allah yang akan selalu memberi rizki,
tanpa harus menjadi seorang PNS pun, akan ada Allah yang
menjamin rizki setiap hamba. Akan ada Allah yang memberi berbagai tunjangan untuk
memenuhi kebutuhan. . .
Aku merasa, hari-hariku
kedepan akan suram. . .
BERSAMBUNG