Ada dua biji tanaman yang terbenam dalam
tanah. Biji pertama berkata:
“Aku ingin tumbuh besar, aku ingin
menancapkan akarku dalam-dalam ditanah ini. Aku ingin tunas-tunasku tumbuh
diatas tanah ini. Aku ingin melambaikan tunasku menyambut datangnya musim semi.
Aku ingin merasakan hangatnya mentari dan lembutnya embun pagi lewat
daun-daunku.”
Bibit
itupun tumbuh menjulang menjadi sebatang tunas yang kuat.
Sementara itu, bibit kedua berkata lain:
“Aku takut. Kalau kutancapkan akarku
kedalam tanah ini, aku tak pernah tau apa yang akan terjadi didalam sana.
Bukankah didalam sana amat gelap? Jika kuperlihatkan tunasku, tentunya banyak
hewan yang akan merusaknya. Apa yang akan terjadi kalau tunasku terbuka dan
terinjak sapi? Dan kalau tunasku tumbuh lebih tinggi, tentu manusia-manusia
akan mencabutnya. Tidak, aku tidak mau tumbuh. Aku akan menunggu dulu sampai
semuanya aman.”
Bibit
itupun menunggu sendirian dalam gelapnya tanah.
Beberapa
hari kemudian, seekor ayam mengais-ngais tanah didaerah itu. Ia mendapati
sebuah tunas muda yang cukup kuat, yang berasal dari biji pertama, dan dia
tidak sanggup memakannya. Tapi, ia juga mendapati biji kedua didalam tanah
bekas kaisannya itu yang agak lemah. Iapun memakannya.
Ibroh:
SELALU ada pilihan dalam hidup ini.
Masing-masing pilihan memiliki konsekuensi masing-masing. Namun, seringnya kita
menjatuhkan pilihan justru pada pilihan yang memberikan kenyamanan dalam jangka
pendek saja. Pada akhirnya, waktu berlalu tanpa ada makna baru yang bisa kita
dapatkan dalam hidup. Kita kerap terbuai oleh alasan-alasan yang membuat kita
tetap berada dalam kondisi saat ini meski disekeliling kita banyak peluang
untuk menjadi lebih baik.