Social Icons

Pages

30 April 2013

Dari Catatan Dahlan Iskan...

Jika semua yang kita kehendaki terus kita MILIKI, darimana kita belajar IKHLAS
Jika semua yang kita impikan segera TERWUJUD, darimana kita belajar SABAR
Jika setiap do’a kita terus DIKABULKAN, bagaimana kita dapat belajar IKHTIAR
Seorang yang DEKAT dengan TUHAN, bukan berarti tidak ada AIR MATA
Seorang yang TAAT pada TUHAN, bukan berarti tidak ada KEKURANGAN
Seorang yang TEKUN berdo’a, bukan berarti tidak ada masa masa SULIT
Biarlah TUHAN yang berdaulat sepenuhnya atas hidup kita, karena TUHAN TAU yang tepat untuk memberikan yang TERBAIK
Ketika kerjamu tidak dihargai, maka saat itu kamu sedang belajar tentang KETULUSAN
Ketika usahamu dinilai tidak penting, maka saat itu kamu sedang belajar KEIKHLASAN
Ketika hatimu terluka sangat dalam……, maka saat itu kamu sedang belajar tentang MEMAAFKAN
Ketika kamu lelah dan kecewa, maka saat itu kamu sedang belajar tentang KESUNGGUHAN
Ketika kamu merasa sepi dan sendiri, maka saat itu kamu sedang belajar tentang KETANGGUHAN
Ketika kamu harus membayar biaya yang sebenarnya tidak perlu kau tanggung, maka saat itu kamu sedang belajar tentang KEMURAH – HATIAN
Tetap Semangat….
Tetap Sabar….
Tetap Tersenyum…..
Karena kamu sedang menimba ilmu di UNIVERSITAS KEHIDUPAN
TUHAN menaruhmu di “tempatmu” yang sekarang, bukan karena “KEBETULAN”……
Orang yang HEBAT tidak dihasilkan melalui kemudahan, kesenangan, dan kenyamanan.
MEREKA di bentuk melalui KESUKARAN, TANTANGAN & AIR MATA……

Disadur dari Buku ‘Sepatu Dahlan Iskan’

28 April 2013

Do'aku...



Mohon dengarkan Aku malam ini
Untuk ringankan langkah kaki
Dengarkan.

Doaku semoga aku tak terlambat memberi yang terbaik dari hidupku
Semoga Kau terima semua ibadahku
Masukkanlah diriku untuk kekal di SurgaMu

Mohon pilihkan dari yang kupinta
Pilih yang terbaik untukku
Doaku...

Doaku semoga Aku tak terlambat
Memberi yang terbaik dari hidupku

Semoga Engkau terima semua ibadahku
Masukkanlah diriku untuk kekal di Surga-Mu


Download lagunya DISINI

26 April 2013

Ust. Jefri kembali pada-Nya...

     Kematian bukanlah “bencana” yang harus dilupakan, melainkan pelajaran penting yang mengajarkan kepada manusia arti hidup sebenarnya. Dengan demikian, kematian seharusnya menjadi bahan pemikiran yang mendalam. Seseorang muslim akan benar-benar merenungi kenyataan penting ini dengan kesungguhan dan kearifan. Mengapa semua manusia hidup pada masa tertentu dan kemudian mati? semua makhluk hidup tidak kekal. Ini menunjukkan bahawa manusia tidak memiliki kekuatan dan tidak mampu menandingi Kekuasaan Allah. Allahlah satu-satunya Pemilik Kehidupan; semua makhluk hidup dengan kehendak Allah dan mati dengan kehendak-Nya juga,seperti dinyatakan;

     ”Segala yang ada di muka bumi itu akan binasa: Dan akan kekallah Zat Tuhanmu yang mempunyai Kebesaran dan Kemuliaan”(Al-Rahmaan: 26-27)

     Setiap orang akan mati, namun tidak ada seseorang pun dapat memperkirakan di mana dan bila kematian akan menghampiri. Tidak seorang pun dapat menjamin ia akan hidup pada saat berikutnya. Kerana itu, seorang muslim harus bertindak seolah-olah mereka sebentar lagi akan didatangi kematian . Berfikir tentang kematian akan membantu seseorang meningkatkan keikhlasan dan rasa takut kepada Allah, dan mereka akan selalu menyedari akan apa yang sedang menunggunya:

     ”Dan Kami tidak menjadikan seseorang manusia sebelummu dapat hidup kekal (di dunia ini). Maka kalau engkau meninggal dunia (wahai Muhammad), adakah mereka akan hidup selama-lamanya? Tiap-tiap diri akan merasai mati, dan Kami menguji kamu dengan kesusahan dan kesenangan sebagai cubaan; dan kepada Kamilah kamu semua akan dikembalikan.”(Al-Anbiyaa’ : 34-35)
Hari ini berbagai media sosial ramai dengan berita wafatnya Ust. Jefri Al-bukhori, sungguh kematian itu dekat sahabat...

Mungkin beberapa jam yang lalu beliau masih dapat bercengkrama dengan keluarga, tersenyum pada alam dan tersenyum pada malam... Namun sekarang, beliau tak dapat berbuat apa-apa... Hanya do'a yang ia rindui kini...

Rabb... beliau wafat di hari Jum'at, dihari Engkau menunjukkan kekuasaan-Mu dengan adanya gerhana bulan... Dari berbagai media yang Fifi saksikan, banyak sekali orang-orang yang menangis kehilangan, tak percaya bahwa ia telah tiada... Banyak orang yang teringat kebaikan-kebaikan yang pernaah ia lakukan...

Lalu bagaimana ketika aku kembali pada-Mu...?
Allahummaghfirli...

23 April 2013

Hafsah Binti Ummar


Siapakah Hafsah binti Umar?
  1. Beliau adalah puteri Umar al-Khattab, sahabat Nabi yang terkemuka.
  2. Bondanya ialah Zainab binti Mazh’un, saudara perempuan kepada sahabat Nabi, Ustman bin Mazh’un yang merupakan insan pertama yang dimakamkan di Baqi’.
  3.  Anak saudara kepada Zaid bin Khattab, seorang yang syahid dalam Perang Yamamah.
  4.  Ibu saudaranya ialah Fatimah binti Khattab, yang merupakan salah seorang sahabat pertama masuk Islam, isteri kepada Sai’d in Zaid yang dijamin syurga.
  5. Abang Hafsah ialah Abdullah bin Umar yang dipuji Rasulullah SAW sebagai seorang yang soleh (Rujuk riwayat Bukhari, no.3741, kitab Al-Manaaqib, Muslim, no.2478, kitab Fadhailus sahabah).

Kelahiran Penuh Berkat
            Ketika penduduk Quraisy kecoh dengan banjir besar yang menimpa Kaabah, sehingga berlaku ketegangan dalam meletakkan kembali Hajarul Aswad, Rasulullah SAW hadir dengan penuh wibawa menjadi hakimnya. Peristiwa ini berlaku lima tahun sebelum kenabian. Sekitar peristiwa itulah, Hafsah  lahir di tengah keluarga yang penuh kemuliaan.
            Sejak kecil, beliau menekuni ilmu sastera. Tekun belajar membaca dan menulis daripada Syifa’ binti Abdullah Al-Quraisyiyah Al-A’dawiyah. Kesungguhannya menjadikan dirinya antara wanita Quraisy yang paling fasih berbicara, bersenikan sastera indah.
            Keislaman ayahandanya, Umar membawa berkat yang besar kepada seluruh umat Islam apatah lagi di dalam keluarganya. Abdullah bin Mas’ud berkata, “Kami tidak dapat solat di depan Kaabah kecuali setelah Islamnya Umar.” (Riwayat Ibnu Saad, vol.1, hlm. 270, dan Hakim, vol.3 hlm. 83-84). Hafsah membesar di bawah didikan salah seorang sahabat kesayangan Nabi itu.

Bersatu Cinta Dengan Khunais
            Khunais bin Hudzafah r.a. (saudara Abdullah bin Hudzafah r.a.) merupakan salah seorang sahabat pertama yang masuk Islam. Keislamanya bermula sebelum Rasulullah SAW menjadikan rumah Al-Arqam bin Abi Al-Arqam sebagai markaz gerakan Islam lagi. Abu Bakar as-Sidiq yang menjadi menara hidayah buatnya.
Khunais meminang Hafsah yang sedang mekar meniti usia remaja. Umar menerima baik lamaran ke atas puterinya. Hafsah juga senang dengannya. Cinta Hafsah dan Khunais lalu bersatu. Mereka hidup bahagia dengan kejelasan iman dan ubudiyah kepada Allah SWT.

Hijrah Bersama
Penentangan musyrikin Makkah semakin menggila. Kekejaman berlaku di mana-mana. Suami Hafsah terpaksa ikut berhijrah ke Habsyah. Namun, hatinya tetap di Makkah.
Si suami kembali ke Makkah, membawa isteri tercinta hijrah ke Madinah, menyahut  saranan Rasulullah SAW. Mereka hidup lebih tenang di samping golongan Ansar yang sangat penolong sifatnya.

Terpisah Dua Jiwa
Dakwah Islam menuntut pengorbanan. Panggilan jihad di medan Badar menguji keimanan. Hafsah dengan rela hati meneguhkan perwiranya agar menyahut seruan itu. Di minda Khunais, syahid menjadi cita-cita teragung.
Pahlawan Badar itu berperang gagah. Seiring doa Hafsah. Biarpun mata pedang membelasah tubuhnya di sana-sini, undur tidak sekali. Khunais terus setia bertempur sehingga Islam mengangkat panji kemenangan.
Hafsah ternanti-nanti kepulangan perwiranya. Syukur kerana suaminya kembali. Namun, pulangnya Khunais dengan kecederaan parah. Hayatnya tidak lama. Rasulullah SAW menguburkan suaminya di Baqi’, berdampingan dengan kubur Ustman bin Mazh’un.
Hafsah reda dalam tangis kesedihan. Usianya yang masih muda, sekitar 18-20 tahun, menjadikan pemergian kekasih hati itu suatu ujian yang menyakitkan. Tabah Hafsah menerima ketentuan. Ramai insan bersimpati terutamanya Umar, ayahanda Hafsah.

Dianugerahi Suami yang Jauh Lebih Baik
Sebak jiwa Umar melihat puterinya sering dirundung pilu. Sebagai ayah, dia tidak mau kematian Khunais turut mematikan keceriaan Hafsah. Umar tekad mencari pengganti. Umar menawarkan Hafsah kepada Abu Bakar. Abu Bakar tidak memberikan jawapan. Hanya berdiam diri. Dari riak wajahnya, Umar tahu Abu Bakar keberatan.  Abu Bakar bukan tidak bersimpati kepada Hafsah namun beliau sebenarnya sedang menjaga rahsia Rasulullah yang berniat untuk menikahi Hafsah. (Rujuk HR Bukhari, no. 5122).
Umar tidak berputus asa. Umar menawarkan pula Hafsah kepada Usman namun Usman menolak. “Saya belum bersedia berkahwin buat masa sekarang,” kata Usman. Usman merupakan seorang lelaki yang setia hanya kepada seorang isteri. Isteri Usman, Ruqayyah merupakan puteri Rasulullah. Rasulullah SAW tidak rela semua menantunya memadukan puteri-puteri baginda selagi hayatnya dikandung badan. (Rujuk hadis sahih riwayat Bukhari). Demikian kasih ayah bergelar Rasulullah SAW yang cukup memahami betapa berisikonya hidup bermadu yang boleh membawa agama seseorang wanita kepada fitnah atau ujian. Tidak hairanlah dalam Islam, poligami itu cuma rukhsah apabila ada keperluan mendesak bukannya galakan agama. Apabila Ruqayyah meninggal, Usman masih rela keseorangan.
Umar lalu mengadukan kesedihannya kepada Rasulullah. Rasulullah SAW lalu menghiburkannya, “Hafsah akan bernikah dengan orang yang lebih baik daripada Ustman. Manakala Ustman akan bernikah dengan wanita yang lebih baik daripada Hafsah.”
Tidak lama kemudian, Hafsah dipinang oleh Rasulullah SAW. Umar lalu menikahkan puterinya dengan penuh rasa gembira. (Riwayat Bukhari, vol. 9, hlm. 102-103). Sementara itu, Rasulullah SAW menikahkan Ustman dengan puterinya Ummu Kultsum, bagi merawat kesedihannya yang ditinggal Ruqayyah. Hafsah dimuliakan sebagai ummul mukminin pada tahun ke-3 hijriah, sebelum Perang Uhud. Rasulullah SAW memberikannya mahar sebanyak 400 dirham. Kesedihan Hafsah pantas terubat kerana digantikan Allah dengan anugerah suami terbaik di dunia. Itulah ganjaran bagi insan yang tabah mengharungi ujian hidup.

The Worshipping Grass

Even if you silence the call to prayer

although you're evicted home-houses god

I'm is grass

'll stop at nothing prayer

: inna shalaati wa nusuki

wa mahyaaya wa mamaati

lillahi Rabbil 'alamin...


broad sweeping desert storm

my body sway

but remained steadfast in prayer

my roots are in the earth mengurat

do not cease to give blessings on the Prophet

18 April 2013

MABIT bersama Tutorial UPI Purwakarta


                Tutorial dibangun dengan susah payah. Generasi-generasi pendahulu membangun Tutorial dengan berdarah-darah dan kerja keras yang luar biasa. Mulai dari satu, dua, tiga, hingga banyak kader yang hari demi hari tumbuh.
            Jika sekarang kuliah dhuha dilaksanakan di Masjid Al-furqon yang megah, dahulu para pengurus Tutorial dengan sedih hati merelakan adik-adik tingkat pertama mendengarkan kajian di Masjid yang hampir roboh.
            Meskipun demikian, ruhiyah para dai sangat luar biasa. Hijab antara ikhwan dan akhwat sangat terjaga, hati para da’i dan da’iah selalu tertata. Namun ukhty… mengapa semua itu hanya tinggal sejarah kini… Tidakkah kau sadari bahwa dirimulah yang menggerogoti sedikit demi sedikit bangunan kokoh hingga mulai roboh?
            Sejatinya, seorang da’i harus memiliki setetes embun yang senantiasa menyuburkan hati. Yang hari demi hari diperbaharui, dengan iman dan ibadah yang benar. Berapa hari, bulan, bahkan berapa tahun kita mengisi mentoring? Namun adakah kader hebat yang kita hasilkan? Jawaban yang terlontar adalah “BELUM”. Karena dirimu tak pernah sadari, bahwa mutarobbi bergantung pada murobbinya.
            Astagfirullah… Ya Allah maafkan kami…
Dimalam penuh isak tangis hamba sholeh yang bermuhasabah, aku mengingati kembali hal-hal yang kurang diperhatikan:
 1.   Shalat yang benar dan khusyu’ (Al-ankabut:45) 
             2.  Berlomba-lomba dalam unggul beribadah (At-taubah:100
3. Menjalankan Ibadah-ibadah sunnah: Qiyamullail, Tilawah Al-qur’an, dhuha, shaum dll.
4. Do’a dan dzikir
               Ibadah Yaumiyah inilah yang menjadi fundamental terbentuknya kader yang militan, sehingga ada yang dapat ditiru dan diduplikasi dari dirimu...

     Kenali Allah, perbaiki dirimu, dan mulailah berda'wah...

     18 Maret 2013
     MABIT menghempas Cinta @Al-furqon UPI Purwakarta

Sketsa Keluarga Dambaan...

Pernikahan Kakak pertamaku Sri Ratu Inayah, S.Hi
Aku lahir dari sebuah keluarga yang harmonis. Ayah yang pengertian dan ibu yang bijaksana.
          Ayah tak pernah marah bahkan berbicara keras padaku. Ketika aku berbuat baik sekecil apapun, ayah terlihat bangga dan selalu memotivasi dengan motivasi yang luar biasa. Pernah suatu hari ayah melihatku membaca Al-quran ba'da shubuh di serambi rumah. Aku baru menyadari bahwa ayah telah duduk dibelakangku satu jam yang lalu, ketika aku baru mengucapkan basmalah. "Eh, Abah" sapaku waktu itu. Aku yang hendak masuk menjadi duduk kembali. Ayah berbicara pelan, "Apa kandungan ayat yang tadi dibaca Fi?". Sambil nyengir kuda, aku berkata "Hhhee... Gak tau Bah, 'Afi gak baca artinya. Heheehehe...". Abah tersenyum dan kemudian menjelaskan tafsir dari ayat qur'an yang kubaca. Hhhiii... padahal cuma dengerin aja, tapi ko bisa ngerti isi ayat tadi ya... Akupun asik duduk berjam-jam dengan Abah di teras rumah, hingga Ibuku membunyikan alarm "Hayu sarapannnnnn...". :D
Ibuku tentu tak kalah hebat dengan Ayah. Ibu adalah wanita yang terampil domestik dan cerdas di publik. Buktinya, meskipun Ibu sibuk dengan aktifitas partai politik yang digelutinya, ibu tidak pernah meninggalkan keluarga dalam keadaan kelaparan dan tidak terurus. :D
Pernah suatu hari Ibu harus menghadiri Milad partai di Jakarta, karena jarak rumahku dengan Jakarta sangat jauh (Hhhee... ketauan deh orang kampung), ibu dan rombongan bergegas berangkat jam 03.30. Aku yang masih asik dengan mimpiku dibangunkannya. "Afi, bangun, hayu QL dulu! Ibu mau berangkat, nanti siapkan sarapan untuk Abah dan Ummu. Kalau mau jajan ambi uangnya dilemari, kalau mau pergi jangan lupa kunci pintu, baju sudah Ibu cuci tinggal dijemur aja. Ibu berangkat ya, Assalamu'alaikum!". Waduh, mataku saja belum terbuka penuh, pesan Ibu banyak banget ya! Ketika aku bangun, aha... sambil tertawa senang, aku menggerutu... "Hahahaha... Hari ini aku bebas dari cucian... urussan rumah beres!!! maen ke laut ah!!! :D". Ternyata Abah sudah duduk diruang tamu dan mendengar gerutuanku "Belum juga subuh udah mau kelaut Fi? Mendingan shalat dulu!",,, Hihihi... Aku nyengir kuda lagi... :D
Masih banyak banget kisah Abah Ibu yang belum Fifi share ke sahabat, yang selalu Fifi rasakan adalah keharmonisan keluarga bersumber dari pemahaman agama. Betapa indah memiliki orang tua yang faham agama. Tidak pernah menyakiti secara fisik maupun psikis, ketika Fifi salah, maka Abah Ibu melakukan suatu tindakan yang membuatku berfikir bahwa yang kulakukan adalah sebuah kesalahan. Ketika aku benar, Abah Ibu memotivasi sehingga Fifi semakin semangat untuk melakukannya lagi, lagi, dan lagi.
Mau tau kisah selanjutnya?  tunggu di episode yang akan datang...! ^_^
 

Instrumen

LEAF

,
 
Blogger Templates