Social Icons

Pages

12 Maret 2013

Belajar dari Wahyudin "Si Pemulung"

Keluhan demi keluhan seringkali terucap dari mulut kita, seolah menghakimi bahwa Tuhan telah memberi kehidupan yang serba kekurangan. Sadarkah engkau wahai saudaraku, masih banyak saudara-saudara kita yang hidup dalam keterbatasan. Terkadang kita mengeluh karena makanan yang tidak enak, sedangkan banyak saudara kita di Afrika yang berpuasa hampir setiap hari karena tak ada makanan yang tak dapat dimakan. Seringkali kita mengeluh dengan keadaan kampus yang kumuh dan dipandang sebelah mata oleh semua orang, sedangkan banyak saudara kita yang hanya dapat bermimpi untuk duduk di kursi kuliah sebagai mahasiswa. Ya Rabb… maafkan kami yang tak pernah bersyukur atas segala nikmat yang Kau beri…
Foto: Edward Febriyatri/detik.com
          Sebut saja Wahyu, pria yang sedang terkenal di media ini telah membuktikan bahwa tekad yang membaja dapat merubah keterpurukan hidupnya. Ia tak pernah mengeluh, ia tak pernah malu, ia tak pernah menyerah untuk menggapai cita-citanya. Ia tetap percaya bahwa ia bisa sekolah, ya… sekolah seperti anak-anak yang lainnya.   Meski kebahagiaan masa kecilnya harus terrenggut karena harus memulung demi membayar uang sekolah, wahyu tak pernah mengeluh. Ia terus memulung selepas jam sekolah selesai, mengumpulkan sampah demi sampah untuk diubah menjadi uang.
          Ketika diwawancara di salah satu media televise, Wahyu mengaku pernah menangis sejadi-jadinya melihat anak-anak seumurnya turun dari mobil jemputan dan berlarian dengan riang sepulang sekolah. Saat itu ia meneteskan air mata “Ya Allah… kenapa Aku harus hidup begini, aku ingin seperti mereka yang berpakaian bagus dan diantar jemput dengan mobil mewah oleh orang tuanya. Sedangkan aku… sepulang sekolah, karung kotor sudah menanti untuk diisi dengan sampah”.
Wahyu mengubah air matanya menjadi tekad yang membara, tekad untuk lulus SD, SMP, SMA bahkan kuliah. Dan kini… Wahyu tengah menyusun skripsinya di Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka). Wahyu… Wahyu… mestilah kami belajar padamu…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Instrumen

LEAF

,
 
Blogger Templates